MAKASSAR - Andi Tabacina Akhmad selaku Kadisparbudpora Lutim (Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olah Raga Kabupaten Luwu Timur) yang baru, menyambangi Gedung MULO yang beralamat di Jalan Jenderal Sudirman Nomor 23, Kelurahan Mangkura, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar. Menyatakan dengan tegas kesiapan Lutim untuk mengikuti ADWI 2022.
Pejabat Eselon II tersebut sebelumnya menjabat Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Lutim. Sejak 31 Desember 2021 mendapat amanah menggantikan H Hamris Darwis yang kini menjabat Kadiskominfo (Dinas Komunikasi dan Informatika) Lutim.
"Sebagai Kepala Dinas yang masih baru, banyak hal Saya siapkan dan rencanakan untuk kemajuan pariwisata Luwu Timur. Kita punya Danau Matano yang luar biasa keindahannya, Saya yakin tidak kalah dengan daerah lain, desa wisata kita juga demikian, tinggal disentuh dan dikelola dengan baik Saya kira, " tutur Tabacina.
Dia diterima Kepala Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan (Kadisbudpar Sulsel), Muhammad Jufri pada Selasa siang (22/02/22) di ruang kerjanya dalam suasana cukup santai. Turut mendampingi saat itu Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat, M Ibrahim Halim yang juga diketahui secara teknis menangani pendampingan Desa Wisata (Deswit) di 24 Kabupaten/Kota.
Ragam hal dibahas selama pertemuan itu yang diagendakan srikandi Lutim, terutama pada sektor pariwisata dan budaya. Satu yang menguat terkait pelaksanaan Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022 yang menjadi program nasional dari Kemenparekraf/Baparekraf RI (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia).
Tabacina berharap daerahnya dapat mengantarkan Deswit mendapatkan penghargaan. Lebih jauh lagi, Deswit di Lutim semakin berkembang, lahir desa wisata-desa wisata berkelas dengan kategori rintisan, berkembang, maju hingga mandiri.
Karenanya, dalam waktu dekat pihaknya berencana menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) kepada para Pengelola Desa Wisata. Tabacina juga bakal menghadirkan seluruh Kepala Desa dan perwakilan Desa.
Sehingga pada Bimtek itu dapat digelar pelatihan penginputan melalui website Jadesta (Jejaring Desa Wisata). Sedangkan Kepala OPD (Organisasi Perangkat Daerah) diharapkan ambil bagian untuk mengembangkan desa wisata melalui program dan kegiatan yang digelontorkan masing-masing institusinya.
"Kami berencana melaksanakan Bimtek Desa Wisata, mudah-mudahan Maret sudah bisa terlaksana. Nanti kita hadirkan semua Pengelola Desa Wisata, para Kepala Desa dan Kepala OPD. Tentu selain bersilaturahmi, kedatangan Saya untuk meminta kesediaan pak Prof menjadi pemateri, berbicara di hadapan semua pemangku kepentingan, " pintanya.
Muhammad Jufri pun menyatakan kesediaannya untuk hadir di acara tersebut. Di hadapan Tabacina dan Ibrahim, Jufri meminta stafnya agar mengosongkan waktu nantinya agar bisa menghadiri Bimtek itu di Lutim.
"Tolong kosongkan waktu (jadwal mengikuti kegiatan lain) Saya, bulan Maret ya Ibu Kadis. Kita meluncur kesana, Inshaa Allah, " tutur Jufri kepada seorang bawahannya.
Bahkan bersedia memaparkan materinya guna memberi penjelasan, pemahaman, serta penguatan, baik pada sisi semangat maupun wawasan dalam mengembangkan desa wisata. Teknis kegiatan tak lupa Jufri beri masukan kepada Tabacina agar kegiatan itu optimal dan memberi dampak besar dalam mengikuti ADWI 2022.
"Kalau 2 hari berlangsung misalnya, hari pertama kita maksimalkan untuk materi. Besoknya langsung praktek, bagaimana menginput data ke Jadesta, apa saja perlu disiapkan, bagaimana mengambil gambar (foto/video) sesuai format yang ditentukan, semua ini harus fix (rampung) dipahami dan diaplikasikan, " jelas Jufri.
Dikatakan lebih lanjut, ADWI semestinya memberi semangat kepada daerah untuk terus berbenah. Hal mendasar perlu diingat bahwa anugerah/lomba atau apapun namanya bukanlah tujuan akhir.
Untuk pendampingan, Disbudpar Sulsel di bawah kepemimpinan Prof Jufri telah menyiapkan senjata ampuh agar desa wisata dapat mencapai target utama yang diharapkan. Melalui kolaborasi dan sinergitas beberapa perguruan tinggi di Sulsel, utamanya di Makassar, akan dihelat KKN Tematik Desa Wisata.
"Inshaa Allah akhir Februari ini, paling lambat awal Maret mendatang, teman-teman mahasiswa segera terjun ke desa untuk melakukan pendampingan terhadap desa wisata. Ini kita namai dengan KKN Tematik Desa Wisata, " kata dia.
Sementara Ibrahim yang karib disapa Bram ataupun Ibe' menuturkan bahwa peluang setiap desa wisata dari masing-masing Kabupaten/Kota sangatlah besar untuk memenangkan kategori yang dilombakan pada ADWI. Hanya saja, mindset itu tidak boleh dijadikan pegangan dasar.
Bahwa ADWI bukanlah kompetisi penuh, melainkan wadah bagi desa wisata untuk mengangkat dan menonjolkan potensinya. Dalam prosesnya, desa wisata dengan segala unsur di dalamya, termasuk SDM lebih siap dalam menerima kunjungan wisatawan.
SDM yang berkualitas mampu memberi layanan berstandar kepariwisataan. Semisal, wisatawan tidak sulit mendapatkan penginapan karena tersedia homestay yang berstandar.
"Ada tujuh kategori pada ADWI. Kita bisa lihat desa wisata mana yang akan kita dorong sebagai prioritas, tapi bukan berarti yang lainnya tidak ikut, " terang Ibe'.
Menyambung pernyataan Prof Jufri, Ibe' menegaskan bahwa desa wisata bukanlah desa dalam arti harfiah sebagai wilayah administratif. Dalam satu desa bisa saja terdapat lebih dari 1 desa wisata.
Pada wilayah kelurahan pun diberi ruang untuk mengikuti ADWI. Kemenparekraf/Baparekraf RI memasukkannya ke dalam jenis kampung wisata karena berada dalam wilayah perkotaan. (**)