Anak Dengan Epilepsi Susah Belajar, Daya Ingat Menurun dan Kurang Bersosialisasi, Benarkah? 

    Anak Dengan Epilepsi Susah Belajar, Daya Ingat Menurun dan Kurang Bersosialisasi, Benarkah? 

    Melalui saluran medsos Facebook grup Komunitas Epilepsi Indonesia, pemilik Wie Bundanya AzzRell mencurahkan isi hatinya. 

    Akun itu Menuliskan sebuah caption pertanyaan atau lebih tepatnya curhatan seorang ibu yang melihat masa depan anak dengan epilepsi. Ini pertanyaan itu, "Ijin bertanyaApa benar anak dengan ODE cendrung susah dalam belajar.daya tangkapnya kurang, susah bersosialisasi???" Sabtu  (15/10/2022). 

    Sontak saja caption tadi mendapkan tanggapan beragam anggota grup tersebut. Mayoritas tanggapan itu bersifat positif, memotivasi, memberi semangat hidup yang lebih bijak, meski hidup berdampingan dengan epilepsi. 

    Pemilik akun Bu Nda Geulis menuliskan, Mungkin iya tapi tidak semua ode..sy sendiri kena epilepsi pas masih sekolah SMK kalau belajar susah untuk konsentrasi, kalau dipaksakan terus berpikir kepala jadi sakit badan gemetar lemes ujung-ujungnya pingsan. Sampe sekarang kalau dipaksakan harus berpikir/konsentrasi gitu kepala saya pasti sakit plus badan gemetar lemes, tapi Alhamdulillah nggak sampe pingsan. 

    "Sebelum epilepsi saat SD dari kelas 1-6 sy selalu masuk rangking 3 besar, saat SMP di kelas selalu masuk 5 besar dan 10 besar di tingkat umum, " tulis Bu Nda Geulis. 

    Sementara Evi Fitriasari menambahkan bahwa, saya menyandang ini sejak kelas 3 SMK udah ngerasa aura bun, tapi gak tau itu apa, saya pikir itu gangguan jin/santet. Saat lulus SMK baru itu saya kejang, dan semua memori ilang di ingatan saya, saya mengira kalau saya masih sekolah, sy smpe marah ke ibuk karena diajak ke Mojokerto, sedangkan sy harus sekolah, si ibuk bingung dan menjelaskan sekolah apa se nak, kamu lo udah lulus, lalu ibu nunjukin ijazah SMK sy. Baru deh sy down lalu ingat, gak bisa berkata-kata. 

    "Anak aku sekolah sampe kelas 2 SMK Karana gakuat pelajaran nya kali ya kejang"di sekolah pas dah sadar di buli sama temen"nya jadi gamau sekolah lagi, jadi berhenti di kelas 2 SMK, " tandas pemilik akun Sarah sarah. 

    Kemudian, Tati Alloha menanggapi, kalo bisa di lanjut lagi aja sekolahnya, yang penting minum obat teratur dan kontrol ke dokter sebelum obatnya abis, berobat pake bpjs saja bun, karena butuh waktu untuk berobat, kasih dukungan dan semangat anaknya bun, mumpung belum terlambat, kasian kalo harus putus sekolah, anter jemput aja sekolahnya kalo jauh, pantau terus, titip sama wali kelasnya juga, tetap semangat ya bun. 

    Lanjut Muhammad Hilman Faizin menerangkan, untuk awal-awal mungkin demikian, tingkat kesadaran masih rendah, sulit memahami, dan bisa jadi akan ada banyak hal yang dilakukan diluar kesadaran. Itu yang dulu pernah saya alami dari saya sebelum sekolah sampe saya kelas 3 SD. Waktu kelas 2 sudah mulai sedikit-sedikit bisa berhitung dan membaca, kelas 3 mulai membaik dan Alhamdulillah bisa lanjut terus sampe lulus kuliah jurusan Teknik Informatika. 

    Ibu Febi Nurmala turut menjawab keresahan Wie Bundanya AzzRell, mungkin iya, tapi tidak semua ODE bu. Anak sayapun dinyatakan epilepsi sejak usianya 4 bulan, alhamdulillah tumbuh kembangnya normal, sosialisasinya juga bagus, daya tangkapnya pun bagus.. semuanya normal bu alhamdulillah. Sekarang usianya 3 tahun. 

    "Anak saya juga di sekolh sulit berkonsentrasi...sulit bersosialisasi sama temannya...tpi klo sejarah ato bercerita dia sangat senang, dia rajin membaca tapi klo nulis ga mau..terus kalo makan ga mau pke tangan harus pke sendok, " terang Zulhayati. 

    Pemilik akun Yahya menimpali tidak juga, sebelum dan setelah epilepsi prestasinya bagus bahkan daya ingatnya diatas rata-rata teman-temannya. 

    Melky Oktav menanggapi segala keresahan orang tua yang memiliki anak dengan epilepsi. 

    Begini kata Melky, Nggak juga bu. Kebanyakan karena 1. terlalu dimanja ortu, 2. Sulit menerima keadaan. 3. Sulit bersosialisainya karena yaitu tadi terlalu dimanja orang tua, mau apa selalu diikuti dengan alasan takut kejang atau kambuh, toxic atau racun itu tertanam diotaknya, sehingga dia mulai berubah karakternya, egois, baper, mau menang sendiri, ga mau kalah, emosional.

    "Secara logika siapa yang mau berteman dengan orang yang pemarah dan egois?, " pungkas Melky.

    epilepsi
    Subhan Riyadi

    Subhan Riyadi

    Artikel Sebelumnya

    Bantuan Smart Fishing Gubernur Sulsel Dinilai...

    Artikel Berikutnya

    Kapolres Pangkep AKBP Ibrahim Aji Hadiri...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Nagari TV, TVnya Nagari!
    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    BINUS Learning Community Palembang Mengadakan Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) dengan Tema "Cara Mudah Menentukan Harga Jual Produk yang Tepat!"
    Hendri Kampai: Merah Putih, Bukan Abu-Abu, Sekarang Saatnya Indonesia Berani Jadi Benar
    PPK Tamalatea Gelar Bimtek Pemantapan Putungsura Pilkada Serentak Tahun 2024

    Ikuti Kami